Web development berasal dari dua kata, yakni web dan development. Dalam penerapannya, web mengacu dalam sebuah website, sedangkan development berkaitan dengan pembangunan website dari awal sampai akhir. Dengan kata lain, web development merupakan proses pembuatan, pembangunan, dan pemeliharaan website yang berkeberlanjutan.
Proses web development mencakup dalam berbagai aspek, seperti web design, web content development, client/server-side scripting, dan network security configuration. Web development juga mencakup tindakan dan pembaruan web yang diperlukan untuk membangun, memelihara, dan mengelola website. Semua ini dilakukan untuk memastikan kinerja website tetap cepat dan stabil agar pengunjung nyaman ketika mengakses sebuah website.
Untuk membangun sebuah website dari awal, dibutuhkan seorang Web Developer. Web Developer merupakan seseorang yang menulis coding menggunakan bahasa khusus dengan tujuan untuk membuat sebuah website. Mereka yang bekerja di bidang ini tahu bagaimana cara membuat website dari nol, membuat kode custom jika dibutuhkan, hingga mengembangkan semua mulai dari tata letak dan urutan penggunaan website.
Mudahnya, Web Developer bisa dibilang sebagai seorang yang bertanggung jawab untuk membuat dan mengelola website. Namun jika Anda belum tahu, sebenarnya posisi Web Developer tidak hanya dipegang oleh satu orang saja, melainkan dibagi ke beberapa orang specialist untuk membagi scope pekerjaan yang sesuai dengan skill mereka.
Web development life cycle (WDLC) merupakan metodologi yang digunakan untuk mengelola proses dan tahapan dalam pengembangan web app. Metode ini bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi yang dikembangkan telah sesuai dengan tujuan, kebutuhan pengguna, serta anggaran yang telah ditetapkan. WDLC memiliki beberapa tahapan, yaitu:
Tahapan pertama dalam WDLC adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, para developer akan mengumpulkan data-data dan informasi terkait tujuan pembuatan aplikasi, audiens target, kebutuhan pengguna, persyaratan fungsional, serta anggaran dan timeline.
Tahap selanjutnya, system analyst akan menganalisis data yang telah dikumpulkan pada tahapan sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan sistem, membuat arsitektur sistem, membuat dokumen spesifikasi, serta menentukan teknologi apa saja yang akan digunakan.
Setelah melakukan tahapan analisis, tim pengembang akan membuat rencana atau rancangan dasar proyek secara detail. Rencana yang dibuat umumnya akan memecah satu proyek menjadi tugas-tugas kecil. Selain itu, rencana ini juga meliputi perkiraan waktu pengerjaan, anggaran yang ditetapkan, alokasi sumber daya, serta manajemen risiko.
Tahapan berikutnya adalah pembuatan layout dan desain visual aplikasi web. Desain ini juga meliputi user interface (UI) seperti warna, tipografi, dan ikon, serta user experience (UX) yang bertujuan untuk memudahkan navigasi pengguna. Desainer web dan tim pengembang akan bekerja sama untuk memastikan desain aplikasi sudah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pengguna.
Setelah mendapatkan layout dan desain visual, tahapan berikutnya adalah tahapan development atau pengembangan. Pada tahap ini tim pengembang akan menulis kode untuk front end dan back end situs web menggunakan bahasa pemrograman, framework, serta database yang telah disepakati. Kemudian setiap unit akan diuji untuk memastikan setiap bagian kode berfungsi dengan baik.
Tahap selanjutnya adalah pengujian. Web app akan diuji untuk memastikan bahwa situs berfungsi dengan baik, responsif, bebas dari error dan bug, serta aman dari serangan siber. Pengujian biasanya dilakukan oleh tester dan quality assurance (QA) engineer. Testing dilakukan secara manual, otomatis, atau lewat feedback dari pengalaman langsung pengguna.
Aplikasi web yang telah melewati pengujian kemudian akan diluncurkan ke publik. Tahapan implementasi dalam WDLC ini bukanlah tahapan terakhir. Setelah aplikasi dipublikasikan di internet dan dapat diakses, tim pengembang masih akan terus melakukan monitoring dan maintenance terhadap website tersebut.